Tuesday, May 30, 2006

BUKU : KUNJUNGAN SEMULA

Antara sela-sela waktu membaca buku yang belum dibaca; saya tak lupa membaca kembali buku yang sebelum ini telah saya baca.

Saya suka menurunkan keratan dialog seorang watak yang bernama Simoun. Tuturnya :

".....Patriotisme dianggap sebagai kejahatan oleh kalangan bangsa penjajah, karena bagi mereka ertinya sama saja dengan perampokan yang diberi nama indah. Tetapi bagaimana pun peri kemanusiaan akan bisa terwujud, patriotisme akan selalu merupakan kebijaksanaan di kalangan rakyat yang tertindas, karena cinta tanah air itu selamanya bererti cinta keadilan, cinta kemerdekaan, cinta harga diri, sama sekali bukan mimpi bukan khayalan, bukan sekadar nyanyian lemah gemulai..."
(Demikian tutur Simoun dalam El Filibusterismo karya Jose Rizal)

Suka saya catatkan sedikit tentang pengarang novel ini.

Jose Rizal lahir di Laguna, Filipina pada 19 Jun 1861. Dalam usia 3 tahun sudah pandai membaca. Usia 8 tahun telah menulis sajak. Usia 9 tahun menguasai bahasa Latin. Usia 16 tahun mendapat Ijazah Sarjana Muda. Usia 24 tahun mendapat Ijazah Doktor Falsafah dalam bidang Ilmu Filsafat dan Sastera.
Novel El Filibusterismo (terjemahan Inggeris The Reign of Greed) merupakan lanjutan novel terdahulu Noli Me Tangere (Don't Touch Me)Novel Noli Me Tangere ditulis sewaktu berada di Madrid, Paris dan Berlin. Masa usia 31 tahun menubuhkan "Liga Filipina". Kemudian ditahan di Zamboanga oleh pemerintah (penjajah) Sepanyol.
Pada 30 Disember 1896 (masa usia 35 tahun) Rizal dihukum tembak oleh Pengadilan Militer.
Carilah sajaknya yang ditulis Rizal saat sebelum dihukum tembak bertajuk "Mi Ultimo Adios" (Salamku Terakhir bagi Tanah Air).
[Disesuaikan dari novel El Filibusterismo dialihbahasa oleh Tjetje Jusuf dengan judul Merajalelanya Keserakahan, terbitan Pustaka Jaya, Jakarta, 1994]

Saturday, May 27, 2006

cluster of moments : SINGING WITH A FISH (3)

Because we (the fish & I) love singing, we sing.

THE HOUSE OF MIST

[Room 1]

A photograph was stuck to the wall
displayed a rumple face of a girl
with dripping tears.

Cries of sorrow already
dispersed with the haze.

[Room 2]

Leaders are signing treaties
initiating peace for the human race
through a feast
and jubilant serenade.

[Room 3]

A poet is carving elegies
to be pasted on the tombstones
of the deceased.
And the perching birds
will be reciting the prayers.

[Room 4]

Roses are blooming.
Fragrance flooded the room
while the limply moths
were drowning.

by Darma Mohammad

Thursday, May 25, 2006

PUNGGUNG SINGA

Dengan rasa penuh hormat dan doa, kali ini sekali lagi saya akan nukilkan ungkapan daripada Jalaluddin Rumi (1207-1273). Sesungguhnya "mutiara" dari buah tangan Rumi seakan bertebaran di serata lautan. Mutiara itu diselam dan dikutip orang di sana sini tanpa mengenal batasan agama, warna kulit, daerah dan sempadan negara.

PUNGGUNG SINGA

Satu ketika, seorang petani mengikat lembunya di kandang.
Singa datang dan memakan lembu itu, lalu berbaring santai
di tempat lembu itu diikat.

Saat petani itu keluar melihatnya tengah malam. Ia duduk
di dekatnya, mengelus-elus punggung singa itu, dan
merasakan seluruh punggungnya, dari dada hingga
punggungnya yang lain.

Singa itu bergumam dalam hati, "Seandainya lampu dinyalakan
dan orang ini tahu aku seekor singa,
dia pasti pengsan ketakutan.

Dia mengelus-elusku dengan penuh akrabnya,
kerana ia menganggap aku lembunya."

Demikianlah seorang peniru tidak menyadari apa yang
membodohi dirinya....


[Petikan itu dikutip daripada karya Rumi yang asalnya diterjemah ke Bahasa Inggeris dan dijadikan buku dengan judul Feeling the Shoulder of the Lion, Poetry, Teaching Stories of Rumi oleh Coleman Barks. Kemudiannya buku itu diterjemah ke dalam bahasa Indonesia oleh Fransiskus Ransus, dengan judul Mengelus Punggng Singa, Penerbit Kunci Ilmu, 2003.]

Tuesday, May 23, 2006

cluster of moments : POSTING WORDS

I just like to write. And writing make me awake (read : alive). I like to express myself. Exploring the dreams, talking to the winds, listening to silence, or craving the vision; all wraped up in one large sack. These are the moments that painted my heart and soul.

Some words had been circulated around to some blogs recently; as a comment to what has been raised up. I can't say they are poetry. Say : just a cluster of words or a register of feelings or insights.

Here are some of them :

(1)
The door of wisdom is never locked; yet man keeps on knocking the window.

(2)
The moon appears
And walks into my heart
The moon disappears
And loses in the clouds
I still keep awake
searching for the beams.

(3)
Peace is a very beautiful word. It should be grown in the very beautiful heart.

(4)
Sence the poem. Appreciate. Like the breeze, I did not care about its small split wings or small fractured feathers. As I still know, it is the breeze and its sill blustery.

(5)
When the rain whispers
the human heart melts.

(6)
Your words are breathing
and I'm not reading them
I'm touching.
Let me sip the sound
of your life.

Others are roaming around the cosmos. Some day, I'll catch and pin them here for all my visitors.

Monday, May 22, 2006

NOSTALGIA : Aphorism (2)

Pada tahun 1988 saya telah menggarap sebuah sajak bertajuk Aphorism. Pada tahun yang sama juga saya sambung lagi sajak itu dengan judul "Aphorism (2)". Sajak ini kemudiannya saya masukkan ke dalam antologi PUISI bersendirian saya JANJANG IKTIKAF yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), 2003. Ia berbunyi :

APHORISM (2)

Keluhuran lebih liat
daripada keluli.

Kebenaran lebih ampuh
daripada pualam.

Pasir Mas, 1988. -DARMA MOHAMMAD

Sajak ini antara sajak yang sukar untuk saya lupakan. Tidak kurang daripada 10 draf telah dipinda. Pada mulanya terdapat 10 baris semuanya. Setelah disaring dan diayak; tinggallah 4 baris sahaja.
Saya tak menyesal atas pengguguran banyak kata dalam draf asalnya. Saya memohon maaf kepada sejumlah kata-kata berkenaan.Tinggallah 10 patah kata yang tak mampu saya gugurkan lagi.
Sejak sajak saya pertama kali tembus di media masa (Mingguan Malaysia) pada tahun 1971, penulisan bidang ini tidak mudah seperti yang disangka. Kini, (setelah ribuan sajak ditulis) menulis sajak bagi saya semakin sukar; kerana sudah begitu banyak kata saya gunakan, begitu banyak metafora yang saya teroka dan begitu banyak imajeri yang saya bangunkan. Sukar; kerana terpaksa mencari "jalan yang belum dilalui".
Menulis tetap menulis!

Sunday, May 21, 2006

GLIMPSE : beautiful and fair and lovely

This piece is a tribute to Jalaluddin Rumi. My friend, (a poet) Wan A Rafar has given quite a big space to looking at Rumi's work by reprinting the translation of Rumi's poem; in his blog [jendeladankemeja].

Today I wish to "pluck" a few words by Jalaluddin Rumi :

"Everything that is made beautiful and fair and lovely
is made for the eye of one who sees."
[Mathnawi : 1,2383]
Translated by Camille and Kabir Helminski.

Do "see" the beautiful, the fair and the lovely. Does one see with the eye or with the heart (kalb)? The question is mine!

Friday, May 19, 2006

cluster of moments : SINGING WITH A FISH (2)

You know, that little fish asked me to sing again. I can't give her any excuse. A few minutes later, we get together in front of the tiny mic. The song goes like this:

ROSES

Roses are naked in the rain
crying.

Roses are crying in the rain
naked.

I'm shivering by the window
drinking your tears.

Wednesday, May 17, 2006

Book : Revisited

I'd read THE READER (a novel) by Bernhard Schlink; for the first time in September 1999. After flitting an anthology of poetry by Rainer Maria Rilke (a German poet), the author's name comes to my mind. Why not I reread this international best seller novel by Prof.Berhard Schlink (also a practicing judge) in Germany.

I still remember the life of the student and (after that) undergrad named Michael Berg hooked to a woman twice of his age (Hanna). The intimate realtionship between them, turn to be phenomenal. In the Berg's own words : "...I was tormented by the old questions of whether I had denied and betrayed her, whether I owed her somehing, whether I was guilty for having loved her. Sometimes I asked myself if I was responsible for her death.." Hanna had committed suicide a day before she ought to be released. She herself experiencing failed life and deeply in depress. Hanna is facing a trial for a crime and she refuses to defend herself. She might be keeping a secret she thinks more shameful than murder.

Once, Berg says : "There's no need to talk, because the truth of what one says lies in what one does." (page 174)

The critic says : "The best novel I read this year...an unforgetable short tale about love, horrow and mercy." (Neil Ascherson : Independent on Sunday Books of the Year).

THE READER was translated from The German by Carol Brown Janway.
First Vintage Open Market Edition, August 1999.

Monday, May 15, 2006

BURUNG YANG PATAH KEDUA SAYAPNYA

Aku terkenang-kenang kisah ini. Banyak orang telah membacanya. Burung itu adalah satu unsur sahaja dalam kisah ini. Ada unsur lain yang lebih menunjang. Kisah ini tinggal sebuah kisah; jika kita membaca sekadar huruf-hurufnya. Sampai ke titik ini, kita mesti mencari takrif sebenar "membaca". Adakah "membaca" hanya sekadar menggerak-gerakkan alat pertuturan berdasarkan aksara (bahan tulisan) di depan mata?

Diolah kembali tanpa mengubah maksud asal kisah ini:

[Ditanya oleh Ibrahim Adham : Apa yang membawa kamu ke sini? (di Mekah). Jawab Syaqiq al-Bakhi : Aku berjalan-jalan di tanah lapang dan didapati seekor burung yang patah kedua sayapnya. Aku kata kepada diriku : Aku nak lihat dari mana datangnya rezeki burung itu. Aku duduk beralaskan sepatu. Tiba-tiba aku lihat seekor burung lain datang memasukkan belalang ke mulut burung yang kepatahan sayap tadi. Hatiku berkata: Sesungguhnya, Tuhan yang menetapkan perlakuan ke atas burung ini kepada burung yang satu lagi....Maka aku pun meninggalkan berpenat lelah...
Ibrahim bertanya lagi :Mengapa tidak anda mencontohi burung yang sihat yang memberi makan burung yang sakit supaya anda menjadi lebih utama daripadanya? Tidakkah anda pernah dengar sabda Nabi s.a.w. :"Tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang di bawah." Mendengar ucapan itu, Syaqiq mencium tangan Ibrahim seraya berkata : Engkau adalah guru kami, wahai Abu Ishaq.]

Hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Friday, May 12, 2006

NOSTALGIA : MENCARI-MU

mencari-Mu

tatkala petir terputus dari busurnya
aku mencari-Mu. aku tak tahan menahan ribut
berderap di celah dinding.

langit cengkung seakan runtuh menimpa pintu
aku mencari-Mu di dalam diri dan duduk berdoa.

sewaktu petir menghentakkan jeritanya lagi
aku semakin rapat. terasa sebuah kubah menyerkup
tubuhku. dan kulihat ruam di langit hilang bintiknya.

Darma Mohammad

(Sajak di atas dipetik daripada majalah Dewan Sastera, Januari 1989)

Monday, May 08, 2006

GLIMPSE : POETS

As a reminder, every poet has to read this one. Actually its good for everyone on earth. If you think life is/as poetry; you are a poet too. You talk. You listen. You act. You react. You sleep. You dream. You write. You read. And life goes on....One day, you encounter these words :

"And the poets, only the erring people follow them;
Do you not see how they wander in every way?
And how they say that which themselves they do not practice?
Except those who believe and do deeds of righteousness, and remember GOD frequently, and defend themselves after being oppressed; and those who do wrong shall soon come to know what punishment awaits them."

(The Poets / AL SYU'ARAA : 26 : 224,225,226,227)

Sunday, May 07, 2006

ESEI SASTERA : TENTANG LEO A.W.S

Saya telah menulis sebuah esei berjudul : SENTUHAN KEMARAU, AIR DAN HUJAN : BEBERAPA PUISI LEO A.W.S. Esei ini tersiar dalam majalah DEWAN SASTERA (Terbitan DBP), MEI 2006. Jika anda berminat mengenali penyair Leo.A.W.S dan membaca puisi-puisi beliau, sila rujuk Dewan Sastera berkenaan.

Ayat terakhir esei saya itu berbunyi : Rasakan kejujuran jiwanya, sentuhan halus sensitivitinya dan ketulenan pengucapannya.

Selamat maju jaya Leo.

Saturday, May 06, 2006

cluster of moments : Singing with a fish

No one ever sings with a fish, I guess. At this second, you may ask me one silly question : Does fish sing? Anything did happen. If you see, fish walks, you have to believe your ears that fish sings. Of course fish talked, one old lady told me a few years back. She was correct. And the other day I sang a song; a duet wih a fish.

The lyric sounds like this :

Birds bawl, birds die
Children cry, children die
Someone guns down the living souls
Then,
Only the husk and the dust glide
across the oceans of despair.

The lyricist wanted to remain anonymous.

Wednesday, May 03, 2006

GLIMPSE : from my eyes to my mind

Do you ever read letters by Rainer Maria Rilke to a Young Poet? R.M.Rilke (1875-1926) was one of the Germany greatest poets.

I would like to share a short extract from "Letters to a Young Poet" (Letter One) written by R.M.Rilke on February 17, 1903 while he was in Paris.

: "I can't give you any advice but this : to go into ourself and see how deep the place is from which your life flows; at its source you will find the answer to the question whether you must create. Accept that answer, just as it is given to you, without trying to interpret it. Perhaps you will discover that you are called to be an artist. Then take the destiny upon yourself, and bear it, its burden and its greatness, without ever asking what reward might come from outside...."

Do think about it. And Best of luck.

Darma Mohammad.